Sesampainya di laut ku kabarkan semuanya
Kepada karang, kepada ombak, kepada matahariTetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Aq pernah merasakan berlari ditengah malam, dengan bawaan seadanya, sejauh mungkin... menghindari lautan api yg menghabiskan 2 rumah dan kontrakan 10 pintu milik orangtua ku, walopun asal usul api bukanlah karena kelalaian kami, tapi kami jg yg harus merasakan akibatnya...
Tapi kali ini berbeda, hujan yang mulanya biasa, rintik hujan yang kian lama kian lebat, 5hari 5malam tak kunjung reda. Air naik ke jalan, anak-anak riang, bermain air ditemani rinai hujan.
Kedai d depan rumah 📷 rina |
"Air masih sebatas dengkul, blm naik k teras rumah" kata Ibu.
Maklum saja, rumah kontrakanku diwilayah gunung, sedangkan rumah orangtua suamiku di daerah laut.
Puku 23.00, tanpa diduga air tak bisa lagi dibendung, begitu cepatnya menyebar masuk ke tiap2 rumah yg dilewatinya, bahkan beberapa kantor pemerintahan pun ikut serta jadi korban keganasannya.
Bisa mba Juli bayangkan gimana paniknya warga menyambut kedatangan air bercampur lumpur sbg tamu yg tak di undang dikegelapan malam. Kedai depan rumah??? G usah ditanya lg, ga ad benda yg berhasil diselamatkan lg, meskipun cuma sehelai pakaian, segera mengungsi menyelamatkan anak dan istri.
Sementara ibu dan adek2 tetap bertahan di lantai 2, menyelamatkan barang seadanya. Karena waktu itu air sudah masuk rumah setinggi lutut orang dewasa.
Ular kobra, pelaus (biawak) dan kalajengking jg ikut menyelamatkan diri, keluar bersama air yg "door to door" k rumah warga.
Kami yg mendapat kabar ketinggian air yang makin meningkat mulai cemas akan kondisi klga dan tetangga kami dsana, abang nekat menerobos hujan lebat. Ternyata di jalan abang disambut ular phyton yang melintang sepanjang jalan, andai dia bisa bicara, seakan dia memberi petunjuk, menghalangi jalan abg menuju lokasi banjir, 10 menit abg masih menunggu sampai ular tsb menepi, sambil membaca doa mohon perlindungan Sang Pencipta. Melihat kegigihan abg, ular tersebut perlahan menepi, dan memberikan abg kesempatan utk lewat. Benar saja, jalan yg abg lewati terlalu ekstrim, mulai dari tanah yg mulai longsor menghabiskan separuh badan jalan, pohon yg tumbang, sampai pada akhirny abg diberikan kode utk putar haluan oleh polisi yg bertugas d Polres krna arus air yg sangat deras, 2 motor polisi ikut hanyut dibawa arus air yg dahsyat. Dgn terpaksa, abg akhirny plg k rumah.
Kami terus berkomunikasi dgn klga, sahabat, dan teman yg bisa dihubungi, pukul 23.45 kami mendapat kiriman foto2 kondisi terakhir.
Tinggi air sepinggang Org dewasa📷 Dian |
Beberapa tahun silam, Tarempa pernah mengalami air pasang, namun tidak sedahsyat sekarang.
Kondisi air didalam rumah Ibu 📷Dian |
Kondisi didepanR umah ibu Air sebatas dada📷 Dian |
Banjir kali inipun tidak hanya harta benda, tapi jg memakan korban. Korban pertama bapak tua yg terjebak banjir krna ditinggal sendirian di rumah, almarhum tidak bisa menyelamatkan diri karena beliau menderita stroke. Sedangkan korban lainnya terbawa arus air pada saat rumahnya roboh diterjang banjir. Tarempa berduka...
Gedung BPMS, biasa digunakan utk acara2 resmi d Tarempa 📷dari fb teman |
Kondisi rumah yg roboh di kp. Baru 📷sania |
Sisi lain rumah yg roboh Pic di ambil dari kamar kost 📷yunita |
Kondisi Arus Air 📷fb teman |
Kondisi jalan yg rusak Lokasi di depan Polres 📷Me |
Puskesmas dan Kantor Bupati 📷thabrani |
Semoga semuanya segera berakhir...
Pray for Tarempa...
Pray for Palmatak...
Pray for Jemaja
Pray for Anambas
Semoga ini jadi pelajaran dan masyarakat sana menjaga alam dan selalu waspada. Berharap gak ada lagi kejadian serupa!
BalasHapusAamiin...
HapusMasyaallah, semoga selalu di beri kesabaran...
BalasHapus